Jadilah Orang Yang Bermanfaat dan Menyenangkan, Hukum Hidup Adalah Hukum Kepercayaan
Share

Get This

Unek-Unek Gue

Posted by Cpoeng Alias Poe2ng on 02 Februari 2012

BUDAYAKU LATAH, BAGAIMANA DENGAN ANDA??

Oleh: Poengkas

Budaya latah mungkin sudah sering kita liat di acara televisi baik itu latah yang terjadi karena tindakan refleks seseorang dikarenakan impuls (dorongan) dari luar ataupun latah yang dilakukan karena kesengajaan, namun dalam kacamata psikologi latah merupakan suatu fenomena yang sudah menjalar hampr ke seluruh masyarakat Indonesia dikarenakan unsur semakin meluas dan beragamnya informasi dan budaya yang diterima oleh masyarakat maupun dikarenakan pengaruh prilaku yang terjadi karena berulang-ulang dilakukan oleh sesorang. Dengan kata lain latah merupakan suatu penyakit yang menyerang kejiwaan seseorang disebabkan oleh budaya hidup, status seseorang, ataupun karena murni gejala yang ditimbulkan oleh pengaruh dari otak manusia.


Dalam keadaan sekarang memang latah sudah digandrungi oleh kalangan selebritis, bahkan menjadi sebuah keharusan bagi selebritis atau orang-orang yang ingin “diperhatikan” oleh orang lain. Bahkan latah merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh anak-anak remaja masa kini. Latah memang sudah menjadi bagian dari sifat seseorang yang “mengidap” latah namun bukan berarti latah tidak bisa disembuhkan..jawabannya adalah latah bisa disembuhkan dengan berbagai cara. Adapun latah mempunyai ciri-ciri istimewa yang dimiliki oleh pengidapnya yaitu:

1. Orang yang latah tidak dapat menahan godaan untuk mengikuti perilaku ataupun gaya hidup seseorang

2. Orang yang latah akan mengeluarkan kata-kata, gerakan tubuh (gesture), mimic wajah secara reflex ketika ada gangguan ataupun sesuatu yang mengagetkan

3. Orang yang latah rata-rata mempunyai sifat yang aktif ataupun hyperaktif

4. Orang yang latah terkadang cepat panik

5. Orang yang latah merupakan orang yang mempunyai kecenderungan selalu “welcome” menerima sugesti dari pihak lain

Dari segi jenisnya mempunyai beberapa jenis, yaitu:

1. Latah verbal

Yaitu, latah yang terjadi karena adanya impuls (dorongan) dari luar dalam bentuk verbal dan pada akhirnya pelaku latah akan mengeluarkan kata-kata secara verbal dari mulut tanpa disengaja secara berulang-ulang dan kata-kata yang dikeluarkan relatif sama meskipun di tempat, keadaan, ataupun waktu yang berbeda-beda seperti,”eh copot-copot deh” atau “ya ampunn...” dll

2. Latah kinestetik

Adalah latah yang terjadi karena adanya rangsangan yang terjadi dari luar yang pada akhirnya pelaku latah akan secara refleks mengeluarkan suatu gerakan yang tiba-tiba tanpa disengaja dan gerkan itupun sama meskipun di waktu, tempat, ataupun keadaan yang berbeda

3. Latah verba-kinestetik

Adalah latah yang terjadi karena adanya rangsangan dari luar dan pelaku latah akan serta merta mengeluarkan kata-kata dan kadang diiringi dengan gerakan yang terkadang membahayakan dirinya

4. Latah informasi dan budaya

Latah ini bersifat umum terjadi sebagai konsekuensi adanya pengaruh budaya dari luar negeri ataupun pengaruh dari globalisasi sehingga latah ini rata-rata banyak mempengaruhi hampir seluruh lapisan masyarakat dari tingkat atas hingga ke bawah.

Itulah budaya latah yang rata-rata terjadi di Indonesia, namun dari ketiga jenis latah di atas menurut penulis, latah yang paling mempunyai bahaya laten adalah latah informasi dan budaya. Mengapa...??karena latah jenis ini meskipun mempunyai sisi yang positif bagi perkembangan bangsa Indonesia pada era modern ini yang mana hampir seluruh masyarakat membutuhkan informasi dan transisi budaya yang cepat guna mengimbangi arus globalisasi yang terus meluas, namun hal ini juga dapat berdampak semakin menipisnya rasa simpati, empati, nurani, tenggang rasa diantara masyarakat Indonesia.

Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sejak dulu terkenal dengan sikap agamis, ramah, tolong-menolong, tenggang rasa, bersahabat seperti yang tercantum dalam Pancasila. Namun, lambat laun predikat itu semakin lama semakin luntur dengan adanya sikap skeptis terhadap seluruh sikap-sikap yang berdasarkan pancasila dengan alasan pancasila sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dan informasi pada saat ini. Inilah yang lambat laun akan menghancurkan bangsa Indonesia sedikit demi sedikit. Untuk itu marilah kita kaji lebih dalam fenomena latah yang terjadi dibeberapa aspek kehidupan masyarakat Indonesia

Dari segi jurnalistik baik itu melalui media cetak maupun media digital. Menurut hemat penulis, secara garis besar jurnalistik yang baik adalah jurnalistik yang mengedepankan sikap kritis yang elegan, sopan, jujur dan tentunya sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Namun, fakta yang terjadi pada saat ini banyak media cetak dan media digital yang sudah jauh dan bahkan sengaja melupakan segala hal tentang jurnalistik yang baik seperti yang sudah saya jelaskan. Media massa pada saat ini secara membabi buta mengabarkan segala informasi yang terkadang jauh dari fakta bahkan bersifat HOAX (sampah) meskipun tidak semua informasi diberitakan oleh media massa bersifat hoax. Akan tetapi, pada kenyataannya hampir seluruhnya hanya mengedepankan aspek bisnis dengan menyebarkan kabar sampah sehingga akan memacu rating yang tinggi dalam setiap kabar ataupun informasi yang diberitakan. Mungkin rupanya arus globalisasi dan pergeseran budaya telah mempengaruhi sikap independesi para “juru tinta” kita pada saat ini, mereka tidak lagi berpihak kepada kejujuran, kesopansantunan, dan kecermatan dalam menyebarkan atau mengabarkan sebuah informasi ataupun berita.

Hati nurani mereka telah mati di sapu habis oleh gelimpangan harta yang didapat dengan menyebarkan berita yang tidak “berkelas” ataupun SAMPAH. Adanya jargon “Bad News Is Good Bisnis” artinya berita yang jelek adalah bisnis yang bagus mungkin telah meluluhlantahkan pikiran dan hati para juragan media di Negara ini. Adapun kebobrokan media selanjutnya adalah daya kreativitas yang semakin menurun dari para pelau media pada saat ini, dengan entengnya mereka mencatut berita ataupun informasi dari sebuah situs kemudian dijadikan beirta di media mereka, meskipun hal ini sah-sah saja namun bukankah itu sudah mematikan daya kreativitas perusahaan media masaa??sudah minim akhlak minim pula kreativitasnya.ckckckck...., satu lagi yang terkait ulasan di atas tentang latah, rupanya media massa pada saat ini sudah terjangkit virus latah yang sangat akut. Dengan bangganya mereka ramai-ramai memberitakan berita yang tidak berkualitas dan bahkan hingga sepekan mereka mengabarkannya dan berita itupun tidak diberitakan hanya di salah satu stasiun televise atau media cetak namun hampir di seluruh media massa di Indonesia ikut-ikutan memberitakannya..Beuh!!. dan ada lagi arogansi media massa yang terjadi pada saat ini yakni sudah tahu mereka memberitakan berita yang salah dan membuat pencemaran nama baik, namun dengan alasan kebebasan berekspresi ataupun kebebasan informasi mereka berlindung dibalik jargon itu dan tanpa malu mereka tidak mau mengakui kesalahannya eh..malah berlindung dibalik undang-undang tentang media massa...Gila ga tuh!. Emang dunia sudah gila. Dan anehnya lagi kita yang memperhatikan hanya diam sambil manggut-manggut sambil berguman “untung bukan gue atau keluarga yang diberitakan salah”, hahaha..rupanya hati nurani masyarakat kita sudah lama mati bakan sudah tidak berbentuk lagi.

Yang paling tidak bisa dimaafkan lagi media massa ramai-ramai memberitakan aksi pencurian yang dilakukan oleh beberapa orang terjadi di beberapa daerah seperti pencurian sandal, piring, pisang, tanaman, dll mungkin nilai harganya sangat kecil namun dengan alasan kemanusiaan atau HAM atau apapun mereka (baca:media massa) habis-habisan membela para pencuri itu dengan mendatangkan para nara sumber yang berpihak kepada mereka. Jiah..Eh orang-orang pintar disana, namanya PENCURI tetap saja PENCURI meskipun hanya mencuri sekecil apaun namun perbuatan tidak terpuji itu tetap saja tidak bisa dibenarkan. Meskipun sudah dimaafkan oelh pemilik barang namun tetap saja perbuatannya harus dihukum. Sudahlah tidak usah mengganggu para penegak hokum dinegeri ini dan jangan sok benar sendiri dengan berlindung dibalik kaos HAM...,kalau memang bijak tempatkan sesuatu pada tempatnya donk, jadi anda semua salah alamat kalau membela kejahatan. Padahal kan sebenarnya anda yang harusnya dikasihani karena telah mati perasaan, nurasi, rasa kebenaran dan keadilan..sudahlah semoga mereka diberi hidayah oleh Sang Maha Kuasa.Amiin.

Dari segi para eksekutif dan legislatif, wuihh...kalau berbicara tentang yang satu ini, rasanya ingin menggantung mereka di tengah-tengah mall atau pusat perbelanjaan..hehehe, namun hal itu tidak diperbolehkan oleh agama dan hokum sebelum mereka terbukti bersalah. Para penguasa negeri ini harusnya sensitif dengan keadaan negeri ini bukannya malah berlomba-lomba mengeruk seluruh kekayaan Negara dengan alasan apapun, terutama dari kalangan legislatif. Kalau berbicara mengenai mereka, sudah habislah kata-kata untuk mengungkapkan seluruh keburukan mereka (meskipun hanya secuil saja yang baik). Sikap dan perilaku para pemangku kekuasaan di negeri ini sudah lama mengalami penyakit “kanker moralitas dan akhlak” stadium akhir dan mestinya sudah tidak dapat tertolong lagi dan hanya satu yang bisa menyembuhkannya yaitu stroke ataupun meninggal. Itulah fenomena aneh yang sudah terjadi di negeri ini. Mereka merupakan perwakilan rakyat seharusnya menyampaikan aspirasi rakyat bukannya menghamburkan uang Negara yang berasal dari uang rakyat untuk fasilitas wc, ruangan, suplemen dan vitamin, jalan-jalan. Apakah itu wajar dilakukan ketika rakyat di Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan mereka?kalau bukan mereka para wakil rakyat sedang sakit jiwa atau “kanker moralitas dan akhlak” tentu mereka akan berempati dan memikirkan kepentingan orang banyak. Memang negeri ini sedang mengalami krisis ditambah lagi para pelaku media massa pada saat ini juga sedang mengalami penyakit moral dan integritas maka antara para wakil rakyat dan pelaku media massa sangat cocok sekali dijodohkan karena sama “penjahat moral dan intergritas” meskipun pada faktanya mereka seperti saling menjatuhkan namun sebenarnya yang terjadi adalah proses simbiosis mutalisme yaitu proses kerja sama yang saling menguntungkan. Bagi media massa ini adalah lahan basah untuk mengeruk keuntungan dengan menyebarkan berita SAMPAH, sedangkan bagi wakil rakyat inilah adalah promosi dan kampanye besar-besaran untuk partai dan dirinya dan kelak akan mencalonkan kembali jadi wakil rakyat..fiuhh..

Pada akhirnya penulis hanya bisa mengingatkan kepada kita bahwasanya segala sesuatu yang dimulai dengan kebaikan maka percayalah maka pada akhirnya akan menuai kebaikan pula, begitupula segala sesuatu yang dimulai dengan kejahatan maka percayalah hokum kehidpan akan berlaku maka pada akhirnya anda yang akan berakhir pada kejahatan. So..Pilihlah dengan bijak.marilah kita sama mendoakan negeri ini menjadi negeri yang lebih baik bagi semuanya dan tentunya penuh cinta dan kasih sayang...*_*

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar